"ibu, apa warna langit itu?", tanya seorang anak perempuan mungil.
"langit itu biru!", jawab ibunya.
"mengapa biru?", tanyanya bingung.
"yah... karena itu adalah sebuah harapan...", jelas ibunya
"harapan? apa itu harapan?", ia semakin bingung
"harapan adalah sesuatu yang tak dapat kau lihat..., tapi kau dapat merasakannya, itu seperti apa yang kau inginkan...", jemari hangat mendarat di atas ubun-ubun anak perempuan mungil tersebut.
"oh... aku tahu itu...", dengan andanya yang gembira.
"aku berharap aku dapat melihat pelangi.... atau, emmmm. aku dapat mebuat pelangi...", serunya..
"mungkin...", jawab ibunya dengan raut wajah yang agak sedih
"atau aku dapat menjadi seorang pelukis", meyakinkan.
"boleh jadi....", terpaku.
"dan aku akan berhasil dengan mimpi-mimpiku, dan dapat melakukannya bersama-sama", terpagut senyum di wajahnya.
"jadi, apa yang kau lakukan di sekolah hari ini?", tanya ibunya lagi.
"kami menggambar tentang sebuah cita-cita...", sambil meraba tasnya, dan mengeluarkan secarik kertas penuh warna.
"apakah ibu tahu tentang cita-cita....?, guruku bilang cita-cita adalah sesuatu hal yang sangat luar biasa yang setiap orang punya...", memandang kosong ke arah langit
"jadi apa yang kau gambar?", matanya menyisiri isi dari gambar yang terdapat pada secarik kertas.
" aku menggambar begitu banyak orang sukses di sana", masih termenung
"ini sangat luar biasa nak..., apakah kau menyukainya?", berusaha untuk mengerti apa yang diceritakan anaknya lewat gambar itu.
"ya tentu, guruku memberiku nilai A dan sebuah bintang", raut wajah gembira semakin bermuara di wajahnya
".....", ibu terpaku dalam diam.
"ibu, suatu saat nanti aku akan menjadi salah satu orang sukses itu..."
"...... :') , tentu anakku....", tapi....., apa yang akan kau lakukan?" mata berkaca-kaca
"seperti yang kau ajarkan padaku, walaupun aku tak dapat melihat, tapi aku dapat merasakan, dan aku merasakan, bahwa mimpi-mimpi itu akan menjadi nyata...", memeluk ibu yang berada di sampingnya
"tentu... ibu akan mengantarkan kau kesana :') ", tak terasa air mata pun menetes dengan dekapan hangat bidadari kecilnya.

***TAMAT***



Post a Comment

Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.